Saat aku SMA hingga awal kuliah aku bertahun menyadari hal yang memuakkan dari hidup : berputar, cyclical. Kecewa..sedih..bingung.. mencari.. bertanya.. lalu “tercerahkan” (=tertumbuk pada sesuatu yg lebih cerah..[khan?])
Siklus kecil memuakkan yg menjerat antara lain siklus harian: tidur-bangun-makan-kerja-tidur-bangun-makan-dst; uang dr orangtua yg diperoleh dgn kucuran keringat dan dikirim dgn mengurangi jatah gizi adik2 ternyata digunakan untuk mensuplai energi bagi aku yg mempelajari rumus2 statistik kimia fisika yg ngga jelas manfaatnya selain dapat nilai “tidak merah”.
Lalu siklus mingguan..siklus bulanan (?).. yg semua dalam sistem “sdikit besar” silkus hidup, artinya kita jalani siklus “mikro” tidur-bangun-makan-istirahat-tidur agar siklus hidup dapat berputar.. (jika anda bertanya “siklus nano”... maka itu mgk ada di jantung dan semua proses biokimia tubuh). Gambar teknis di atas sangat vital untuk dapat memahami ini...
Lalu aku dimuakkan juga oleh siklus lain di sekitar : manusia generasi #x belajar berbagai ilmu dari A –B –C –D dst dgn energi fisik dan mental yg terengah-engah lalu mengaplikasikannya mgkin <56,79% and then menghasilkan produk Y (misalnya pesawat).. generasi #(x+1) ternyata harus juga belajar dari A lagi..lalu B lalu C.. lalu mencipta Y+ ; aku fikir saat itu Tuhan “takut” terjangkau oleh manusia.. maka Dia bikin mekanisme siklik... kenapa Dia atau kita manusia tidak bikin mekanisme transfer science lewat chip atau kabel data.. jadi kita bisa copy isi otaknya orang pinter yg menjelang wafat ke satu chip.. lalu chip itu kita tanam ke anak2 berkapasitas otak compatible.. sekalipun bertahap tapi akan lebih cepat dibanding harus sekolah dan kuliah yg makan waktu sekitar 12 tahun.
[aku jadi ingat saat2 itu.. mgkin berlangsung 2 tahunan)
Jawaban aku dapat dari Kang Yusuf, saat beliau baru lulus IAIN Sunan Kalijaga, 1987: ” Kebudayaan! Kebudayaan menyimpan isi otak generasi #X dan generasi sebelumnya untuk ditransfer ke generasi berikutnya...”
Tapi aku belum puas; bukan pada jawabannya... tapi pada “kebudayaan” karena kebudayaan tidak praktis sperti chip atau kabel data...
.....pencerahannya adalah:
Bahwa kita siklik adalah taqdir...jika tidak mau, satu pilihan: bunuh diri. Maka aku menemukan [setelah yakin tidak mau bunuh diri ] bahwa gear kita terhubung dengan gear lain dalam sekian sistem, secara langsung maupun lewat Van belt [lihat gambar2 yg ada di page ini.. perhatikan sistem yg menghubungkan gerak siklus/gear kecil ke geraknya siklus/gear besar dalam satu sistem!]
So.. pertanyaannya adalah : Apakah siklus yg kita jalani menghasilkan sesuatu untuk diberikan sbg kontribusi terhadap siklus yg lebih besar ? seberapa unit energi atau massa yg dapat kita kontribusi-kan ke siklus/gear yang lebih besar ? [....dan pertanyaan yg baru aku sadari dari Pak Mario Teguh : siklus kita berada dalam sistem siklus besar yang mana?? Ump: Apakah pada sistem komunitas baik atau komunitas bejat?
Sebagai anak ITB aku yakin dia tau... siklus/gear dapat dikonvers ke berbagai hal. Misalnya jika siklus kecil = makan-lapar-makan-lapar.. maka siklus yg lebih besarnya = kerja-lemes-kerja-lemes.. dalam kasus ini siklus makan memberikan kontribusi berupa energi-pangan trhadap siklus kerja.. demikian juga siklus kerja [misal kerjanya membuat jembatan].. dia berkontribusi pada sistem bridge-making dengan menambah tiang jembatan, lalu siklus kerja juga berkontribusi pada sistem rumah tangganya dengan memberikan gaji untuk belanja... kira2 begitu.
....nah jika siklus kecilnya adalah hidup kita.. [yakni: lahir-diasuh orangtua-dibimbing orangtua-belajar-bekerja-menikah-melahirkan generasi berikut... dst] maka pertanyaannya adalah : apakah ada kontribusi terhadap komunitas?? Apakah ada kontribusi terhadap hidup berikutnya??
Komentar
Posting Komentar