..kembali aku merenungi (....menikmati?) untuk kesekian kali pps dr seorang sahabat tentang hur. ...aku tidak juga menginginkan bidadari..aneh! dulu semasa bujangan aku tidak suka bidadari karena mereka ada di syurga..di akhirat, sedang aku membutuhkan pendamping untuk berbagi saat ini mengarungi dunia. Saat di akhirat nanti (aku fikir) akan sangat sibuk menerima azab-Nya (na'uzubiLLAAH..) atau mensyukuri nikmat-Nya... tak ada waktu untuk bidadari. ...saat ini aku tidak suka bidadari karena mereka "hanya menikmati" kebersamaan hasil perjuangan di dunia..sedang mereka tidak memberikan kontribusi apa-apa saat aku berjuang di dunia...aku lebih suka wanita dunia yang telah "senasib seperjuangan".. :-) aku mendramatisir (?) kontradiksi itu. Sebenarnya aku sampai pada memahami bahwa (sebagaimana dalam beberapa kisah dalam AlQur'an) tak ada pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat. Kematian hanya jembatan, dan saking akuratnya balasan dan perhitungan Alla
begitu lemah kita memahami isyarat Tuhan.. dan sebagian kita terus berupaya; memahami untuk melayani Tuhan atau memahami untuk "meminta pelayanan" dari Tuhan.. hasilnya adalah noktah-noktah bagai keping puzzle yang kita bingung menyusunnya.. lalu sketsa yang kita dapat; dengan harap: kita yang terpisah dalam dimensi ruang dan dimensi waktu serta dimensi sosial psikologia lainnya dengan berbagi akan menyusun sketsa-sketsa menjadi mudah difahami