OPTIMISME
Jilbab; trendi bagi Bunda dan Cantik |
Apakah Anda pernah cermati fenomena jilbab?
Saya serta beberapa sahabat merupakan sebagian "pelaku sejarah" yang mengalami sendiri thn 1984-an ditekan oleh Dewan Guru akibat membela siswi SMA pake jilbab di sekolah. Sekitar tahun itu mahasiswi IPB dan orang-orang yang pake jilbab dicitrakan buruk oleh media, siswi-siswi SMA dilarang pake jilbab. Kemudian ada kasus biskuit beracun, lalu ada kasus (=kejadian yg dipublikasi di media massa) wanita berjilbab memasukkan racun ke sumur. Saya yakin sebagian sobat-sobat masih ingat.
Saat ini kita bisa perhatikan sejak tahun 2005-an; bagaimana para wanita muslim, gadis maupun pasca-gadis berpakaian jilbab walau hanya sekedar di luar rumah.. bahkan anak-anak SD! Para selebritis di TV, penjual jamu gendong hingga pemulung. Sangat terasa kesan bahwa jilbab adalah “pakaian resmi” atau “pakaian standar” bagi wanita muslim untuk memasuki ruang publik.
Minggu ini kita bisa baca Polwan dibolehkan berseragam jilbab di Jakarta, Surabaya, dan kota lain; menyusul di NAD yang lebih awal lagi.
Sepatutnya kita bisa mengambil ibroh dari "Kisah Jilbab" rentang 1985-2013 ini. Kita mendapat pelajaran bagi optimisme menerapkan syariat Islam.
Sosialisasi dan penyerapan (!) gagasan jilbab itu HANYA perlu waktu 20 tahun lebih dan ternyata berhasil.
...Penerapan syariat Islam diyakini kurang lebih demikian. Sederhananya barangkali hanya dibutuhkan 3 prasyarat:
1) Keyakinan akan kebenaran syariat yang diarahkan dalam AlQur'an, didetilkan melalui hadis-hadis selanjutnya ijma ulama.
2) Perangkat legislasi yang bersesuaian dengan arah syariat Islam (dalam bentuk perda, perpu atau Undang-undang) produk DPRD/DPR dan pemerintah. [diyakini akan "sedikit" karena sebagian syariat Islam sudah memasyarakat dalam hidup sehari-hari tanpa adanya legislasi]
3) Kesadaran masyarakat untuk mematuhi legislasi tersebut
...waLLAAHu a'lam
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar